Serupa berhala
Seteguh apa kau memuja, aku tetaplah batu yang tak akan bergeming saat kau sapa.
Karena kau yang menjadikannya batu
Menjadikannya abai pada pelukmu
Menjadikannya bisu,
Menjadikanku lupa untuk sesuatu yang kau agungkan sebagai rindu.
Terlambat….
Dan senja yang terlalu basah untuk sebuah senyuman.
Terlalu mahal tuan.
Aku takut kelak kau tak mampu membayarnya, walau dengan seisi dunia.
Pergilah. Sejauh langkah kaki yang kau bawa.
Karena hatiku sudah kugadaikan menjadi berhala yang tak bernyawa..
Selasa, 25 Februari 2014
Senin, 24 Februari 2014
Sama Yang Berbeda
Apakah harus sama untuk bisa bersama?
Sesering apapun kita berdoa kepada satu Tuhan yang berbeda sebutan, di mata mereka, kita tetap berlain adanya
Di jalan menuju masjid dan gereja, adakah tempat ibadah yang menyatukan keduanya?
Yang bersisi sama rata kiri dan kanannya?
Yang hanya peduli cinta apapun latar depan dan belakangnya?
Yang ingin menjadikan satu, bukan menjadikan dua?
Ah, pertanyaan, pertanyaan
Bilapun belum ada jawaban
Aku hanya ingin tetap mencintaimu sampai itu ditemukan
Demi kamu, demikian
.
.
.
Sesering apapun kita berdoa kepada satu Tuhan yang berbeda sebutan, di mata mereka, kita tetap berlain adanya
Di jalan menuju masjid dan gereja, adakah tempat ibadah yang menyatukan keduanya?
Yang bersisi sama rata kiri dan kanannya?
Yang hanya peduli cinta apapun latar depan dan belakangnya?
Yang ingin menjadikan satu, bukan menjadikan dua?
Ah, pertanyaan, pertanyaan
Bilapun belum ada jawaban
Aku hanya ingin tetap mencintaimu sampai itu ditemukan
Demi kamu, demikian
.
.
.
Aku Relakan ku Pergi
Meninggalkan dan menanggalkan sungguh tak ada bedanya
Kita sepasang sayap resah yang dikutuk hanya mampu terbang rendah
Hinggap di atap lalu lenyap sebelum sempat tertatap
Hujan terus turun di langit matamu
Sedang pelangi tak sanggup kujanjikan lagi
Aku menjadi badai sepi
Kau lumbung padi yan
g memberantakkan diri sendiri
Kekasih
Mulailah sembunyi tanpa sedikitpun bunyi
Agar kesedihan tak terbangun di cuaca ramai ataupun sepi
Dan bila di suatu pagi
Kau berkaca di cermin retak kamar mandi
Lalu bingung karena tak menemukan aku lagi
Mungkin aku sudah pergi
Mungkin aku sudah sedih merelakanku pergi
Aku pergi
Cinta,
Biar tetap di sini
.
.
.
Kita sepasang sayap resah yang dikutuk hanya mampu terbang rendah
Hinggap di atap lalu lenyap sebelum sempat tertatap
Hujan terus turun di langit matamu
Sedang pelangi tak sanggup kujanjikan lagi
Aku menjadi badai sepi
Kau lumbung padi yan
g memberantakkan diri sendiri
Kekasih
Mulailah sembunyi tanpa sedikitpun bunyi
Agar kesedihan tak terbangun di cuaca ramai ataupun sepi
Dan bila di suatu pagi
Kau berkaca di cermin retak kamar mandi
Lalu bingung karena tak menemukan aku lagi
Mungkin aku sudah pergi
Mungkin aku sudah sedih merelakanku pergi
Aku pergi
Cinta,
Biar tetap di sini
.
.
.
Kamis, 20 Februari 2014
Kita adalah doa yang dipanjatkan tetapi tak terkabulkan
Kita menenggelamkan pasir yang kau sebut kesetiaan itu kedalam lautan yang ku sebut hati Kita adalah sepasang yang selalu saling berbuat baik, menerima kekurangan dengan baik.
Kita adalah telinga, tak pernah memilih apa yang ingin dan tak ingin kita terima.
Tetapi kali ini kita harus menerima bahwa kita hidup di keinginan Tuhan,
Kau adalah harapan yang diturunkan sebagai hujan,
Aku adalah angan yang diterbangkan angin,
Dan kita adalah doa yang dipanjatkan tetapi tak terkabulkan.
*
Selepas ini, aku dan kau tak akan mengingat apa-apa, kecuali nisan yang bertuliskan “kita” di dalam ingatan masing-masing.
Selepas ini, aku dan kau takkan saling merindukan, tetapi aku, pun kau tahu cinta yang baik adalah yang tetap saling mendoakan.
Selepas ini, selepas hujan ini, semoga bagimu senyumku tetap pelangi, dan senyummu tetap surga kecil di mataku.
Selepas ini, selepas perpisahan ini, semoga kesedihanmu tetap untuk kesedihanku, dan air matamu tetap perihal yang lebih menakutkan dari badai, bagiku.
Selepas ini, selepas kegetiran ini, jangan bersedih jika suatu saat hujan mengingatkanmu padaku, sebab kau tahu, aku membenci kesedihanmu.

Selepas ini, selepas kepergian ini, semoga dimatamu aku tak pernah asing, meski saat itu Tuhan menyibukkan kita dengan hidup dan kebahagiaan masing-masing.
Selepas ini, selepas cinta yang berakhir dengan saling melambai, semoga saling membenci atau melupakan tidak pernah ada dalam andai.
Selepas ini, aku dan kau akan pergi ke pertemuan lain, berharap ada cinta yang berakhir dengan melingkarkan cincin.
Selepas ini, cintailah seseorang yang membenci kesedihanmu. Dan jangan melupakanku
Selasa, 18 Februari 2014
Mengingat Waktu Denganmu
Mengingat waktu
denganmu ;
Aku sedang mengingat sudah seberapa jauh kita melangkah menyusuri kota ini,
Menghitung seberapa banyak lampu kota,
Persimpangan jalan dan perihal lain yang selalu kita hitung, tetapi selalu kita lupa jumlahnya.
Aku ingat suatu hal,
Suatu malam, di sebuah café kita pernah bersama menunggu pelangi;
“denganmu, aku mempercayai sebuah kemustahilan”.
Suaramu terdengar tak lebih kencang dari suara penyanyi café,
Lalu kita tersenyum, menirukan bulan separuh di atas kita,
Ah, sungguh aku merindukan malam paling menyenangkan dalam hidupku itu.
“Kita akan bertemu di kehidupan sesudah ini”,
Katamu beberapa hari sebelum kau pergi.
Sayang,
Dimanakah kini kau berada?,
Aku bosan menyusuri kota ini sendirian,
Aku rindu senyummu sehabis kau keliru menyebut berapa jumlah lampu kota.
Sayang,
Benarkah bintang yang berkedip padaku, itu kau?
Minggu, 16 Februari 2014
Kata Bapakku
Jangan berpura-pura pergi hanya untuk ingin dikejar
jangan berpura-pura menghilang hanya untuk ingin dicari
"Berjuang Tak Sebercanda Itu"
jangan berpura-pura menghilang hanya untuk ingin dicari
"Berjuang Tak Sebercanda Itu"
(doa) Sajak Lama
Doa;
Kita seduh dan kecap manis dan pahit bersama,
Secangkir kopi dan segelas susu,
Pahit mauni dan manis tebu,
Hujan di mataku bermula dari mendung di hatimu, pun sebaliknya,
Terang di hatiku karena cerah langit matamu, pun sebaliknya, begitu sebaiknya,
Kita sepasang angsa yang percaya bahwa kebahagiaan adalah ketenangan air danau,
Bukan indah dan mewah lautan,
Doaku;
Semoga kita bernasib seperti sepasang angsa, hanya dipisahkan oleh kematian.
*
Beberapa bulan sehabis saya menulis sajak itu, saya menulis sajak lain yang berjudulu; “Tuhan mengabulkan doa kita”.
Tuhan mengabulkan doa kita;
Hari itu, Tuhan mengabulkan doa kita, sayang.
Di rumahmu, cinta jatuh sebagai air mata,
Melihat kaku tubuhmu,
Mengingat segala kebaikanmu,
Ah benar katamu sayang; “Manusia tak pernah sanggup kehilangan apa yang ia cintai”,
Hari itu,
Kaututup matamu,
Dan kututup peti matimu,
“sebab kita tak pernah berjanji bertemu di kehidupan ini, maka kita berjanji untuk bertemu di kehidupan sesudah ini”, suaramu lembut berbisik di ingatanku,
Sayang, semoga kita bisa menepati janji itu
Kita seduh dan kecap manis dan pahit bersama,
Secangkir kopi dan segelas susu,
Pahit mauni dan manis tebu,
Hujan di mataku bermula dari mendung di hatimu, pun sebaliknya,
Terang di hatiku karena cerah langit matamu, pun sebaliknya, begitu sebaiknya,
Kita sepasang angsa yang percaya bahwa kebahagiaan adalah ketenangan air danau,
Bukan indah dan mewah lautan,
Doaku;
Semoga kita bernasib seperti sepasang angsa, hanya dipisahkan oleh kematian.
*
Beberapa bulan sehabis saya menulis sajak itu, saya menulis sajak lain yang berjudulu; “Tuhan mengabulkan doa kita”.
Tuhan mengabulkan doa kita;
Hari itu, Tuhan mengabulkan doa kita, sayang.
Di rumahmu, cinta jatuh sebagai air mata,
Melihat kaku tubuhmu,
Mengingat segala kebaikanmu,
Ah benar katamu sayang; “Manusia tak pernah sanggup kehilangan apa yang ia cintai”,
Hari itu,
Kaututup matamu,
Dan kututup peti matimu,
“sebab kita tak pernah berjanji bertemu di kehidupan ini, maka kita berjanji untuk bertemu di kehidupan sesudah ini”, suaramu lembut berbisik di ingatanku,
Sayang, semoga kita bisa menepati janji itu
Pesanku Dalam Perpisahan (kita)
Kali ini aku berpikir,
Perpisahan adalah jawaban untuk keraguan atas cinta dan kecemburuan kita,
Akhirnya air matamu, dan air mataku membuat kita mengerti bahwa kita sangat saling mencintai.
Kita sangat saling membutuhkan dan sama merasa nyaman,
Tetapi perpisahan adalah perjalanan menuju seorang yang lebih membutuhkan dan kita butuhkan, lebih nyaman dari kenyamanan kita.
Bukankah kau pernah bilang; “berperasangka baiklah pada Tuhan”, kali ini, aku berusaha melakukan yang kau katakan itu, mungkin kau juga berusaha untuk itu.
Ya, Perpisahan ini baik untuk kita.
Sesudah ini, jatuh cintalah kepada seseorang yang sangat membenci kesedihanmu, lagi.
Perpisahan adalah jawaban untuk keraguan atas cinta dan kecemburuan kita,
Akhirnya air matamu, dan air mataku membuat kita mengerti bahwa kita sangat saling mencintai.
Kita sangat saling membutuhkan dan sama merasa nyaman,
Tetapi perpisahan adalah perjalanan menuju seorang yang lebih membutuhkan dan kita butuhkan, lebih nyaman dari kenyamanan kita.
Bukankah kau pernah bilang; “berperasangka baiklah pada Tuhan”, kali ini, aku berusaha melakukan yang kau katakan itu, mungkin kau juga berusaha untuk itu.
Ya, Perpisahan ini baik untuk kita.
Sesudah ini, jatuh cintalah kepada seseorang yang sangat membenci kesedihanmu, lagi.
Langganan:
Postingan (Atom)