Minggu, 16 Februari 2014

(doa) Sajak Lama

Doa;
Kita seduh dan kecap manis dan pahit bersama,
Secangkir kopi dan segelas susu,
Pahit mauni dan manis tebu,
Hujan di mataku bermula dari mendung di hatimu, pun sebaliknya,
Terang di hatiku karena cerah langit matamu, pun sebaliknya, begitu sebaiknya,
Kita sepasang angsa yang percaya bahwa kebahagiaan adalah ketenangan air danau,
Bukan indah dan mewah lautan,

Doaku;
Semoga kita bernasib seperti sepasang angsa, hanya dipisahkan oleh kematian.
*
Beberapa bulan sehabis saya menulis sajak itu, saya menulis sajak lain yang berjudulu; “Tuhan mengabulkan doa kita”.
Tuhan mengabulkan doa kita;
Hari itu, Tuhan mengabulkan doa kita, sayang.
Di rumahmu, cinta jatuh sebagai air mata,
Melihat kaku tubuhmu,
Mengingat segala kebaikanmu,
Ah benar katamu sayang; “Manusia tak pernah sanggup kehilangan apa yang ia cintai”,
Hari itu,
Kaututup matamu,
Dan kututup peti matimu,
“sebab kita tak pernah berjanji bertemu di kehidupan ini, maka kita berjanji untuk bertemu di kehidupan sesudah ini”, suaramu lembut berbisik di ingatanku,
Sayang, semoga kita bisa menepati janji itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar