Jumat, 11 Oktober 2013

Sajak Satu Tahun Penuh

                                                            Sajak Satu Tahun Penuh
Hari ini, tempatku berpulang benar-benar hilang;
Pintunya tertutup untukku dan terbuka untuk yg lain.
Matanya berpaling dariku dan menatap lembut kearah mata yg lain.
Senyumnya hilang menatap senyumku, dan teduh memberi kepada yg lain.
Telinganya menolak mendengar namaku, dan memasang peka pada nama yg lain.
Hidungnya enggan mencium aroma parfumku, dan menagihkan sebuah aroma parfum yg lain.
Tangan yg dulu menggenggamku kini sebisa mungkin menolak menjabat tangaku, dan berjalan pergi bergandengan dengan tangan yg lain.
Hangat pelukannya menolakku berpulang, dan seakan menjadi candu bagi hangat tubuh yg lain.
Langkahnya kini menjauhiku, dan mengejar langkah yg lain.
Pujiannya mencemoohku, diatas pujiannya untuk yg lain.
Ucapan selamat tidurnya seakan menyuruh perasaanku untuk tertidur dalam waktu yg tak diperkirakan. 
Untukmu; sajak satu tahun penuh-ku.
Suatu saat nanti kita akan bertemu, kamu dengan seseorang barumu, dan aku yg tetap terdiam memujamu. Tatapan kita bertemu, tak bersuara, berusaha mengacuhkannya tapi tak bisa. 
Suatu saat kau enggan menyapaku dan menjabat tanganku. Kau pergi ketika tau aku ada disitu. Kau memilih jalan pulang yg lain ketika aku menuju kesitu. 
Apa yg membuatmu enggan bertemu denganku? bukankah dulu kita lebih dari sekedar senyum dan sebuah hangatnya peluk? Lantas aku ini siapa bagimu? 
Memang, rasanya memang tak pantas menguak kenangan kepada sang-masa depan; Aku tau kamu hebat dalam perihal menguburkan masa lalu. Aku memang belum sepandai itu dari dulu. Bahkan aku belum mampu mencintai sesedikit kamu mencintai aku. 
Selamat datang, Sajak satu tahun penuh-ku.
Perkenalkan. Aku.. Masa lalu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar