Jumat, 11 Oktober 2013

Itu Manis Sekali

Aku masih ingat dulu, ketika tangaku tak mampu lagi memelukmu, senyumku tak mampu lagi melahirkan senyummu, tawaku tak jadi tujuan utama gembiramu, hingga sayangku tak lagi kau minati untuk menjadi landasan pagi harimu.

Kemudian aku belajar menulis tentang kamu. Beralaskan rindu, bernadakan sendu. Tentang puisi satu tahun penuh. Untuk kamu. Masa laluku.

Aku masih ingat dulu, ketika pagiku hanya berharap untuk dapat bertemu kamu, melihat caramu berbicara, caramu bercengkrama, caramu tersenyum dan tertawa— Hingga caramu menyembunyikan senyum ketika aku tersenyum melihat kamu. Pagiku tak pernah semenarik ini sebelum aku bertemu kamu.

Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali

Aku masih ingat dulu, ketika kamu tak sengaja menyapa, mengubah malam biasaku menjadi malam luar biasa. Mengajaku tersenyum tanpa memperdulikan tugas-tugasku yg lainnya. Saling berbicara tanpa pernah kehabisan kata; menyimpulkan beberapa senyum yg tak pernah hilang dikala malam menelan senja.


Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali.

Aku masih ingat dulu, ketika kita pulang bersama sepulang sekolah, saling bercengkrama seakan dunia milik berdua, Malu-malu berpegangan diatas roda dua. Seakan kita sedang berharap tak pernah sampai agar dapat berjumpa lebih lama.

Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali

Aku masih ingat dulu, ketika kita duduk bersama dalam satu bangku, saling berusaha bersikap biasa padahal mencoba menahan malu. Saling tau perasan masing-masing tapi memilih untuk tidak memberi tau.

Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar