Aku masih ingat dulu, ketika tangaku tak mampu lagi memelukmu, senyumku
tak mampu lagi melahirkan senyummu, tawaku tak jadi tujuan utama
gembiramu, hingga sayangku tak lagi kau minati untuk menjadi landasan
pagi harimu.
Kemudian aku belajar menulis tentang kamu. Beralaskan rindu, bernadakan
sendu. Tentang puisi satu tahun penuh. Untuk kamu. Masa laluku.
Aku masih ingat dulu, ketika pagiku hanya berharap untuk dapat bertemu
kamu, melihat caramu berbicara, caramu bercengkrama, caramu tersenyum
dan tertawa— Hingga caramu menyembunyikan senyum ketika aku tersenyum
melihat kamu. Pagiku tak pernah semenarik ini sebelum aku bertemu kamu.
Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali
Aku masih ingat dulu, ketika kamu tak sengaja menyapa, mengubah malam
biasaku menjadi malam luar biasa. Mengajaku tersenyum tanpa
memperdulikan tugas-tugasku yg lainnya. Saling berbicara tanpa pernah
kehabisan kata; menyimpulkan beberapa senyum yg tak pernah hilang dikala
malam menelan senja.
Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali.
Aku masih ingat dulu, ketika kita pulang bersama sepulang sekolah,
saling bercengkrama seakan dunia milik berdua, Malu-malu berpegangan
diatas roda dua. Seakan kita sedang berharap tak pernah sampai agar
dapat berjumpa lebih lama.
Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali
Aku masih ingat dulu, ketika kita duduk bersama dalam satu bangku,
saling berusaha bersikap biasa padahal mencoba menahan malu. Saling tau
perasan masing-masing tapi memilih untuk tidak memberi tau.
Ntah kenapa hari ini aku berfikir bahwa kisah itu manis sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar