Panggil aku Luka
Karena telah berdarahlah aku.
Bercermin pada wajah bumi
Yang menjadi ungu karena dosa.
Panggil aku Luka
Karena putih tulangku terlihat
Menjadi tontonan anjing- anjing ngiler
Yang pernah aku pelihara.
Luka namaku
Karena sang malaikat penjaga Buku Kehidupan
Telah mengayunkan pedangnya padaku
Suatu hari, suatu saat
Aku tak punya nama
aku adalah pengikut sang binatang
yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh
yang menyapu sepertiga dari bintang- bintang di langit
Ke empat penjuru angin aku melesat
Bersama kuda dan pasukanku
Menebar segala dusta dan hujat
Berkawan dengan wabah kolera dan kusta
Hingga suatu hari, suatu saat
Berdiri merintangi jalanku
Seorang malaikat berdada emas bertangan besi
Betapa heran aku bahwa wajahnya
Adalah wajahku.
“Salam hai Luka!” katanya
“Ikutlah denganku kembali ke rahim ibumu
yang aman dan tenteram,
di mana bisa kau baringkan jiwa gelisahmu.”
“Siapa kau? Mengapa kau panggil aku Luka?
Beranjaklah dari jalanku,
karena kudaku sudah sehari puasa darah.
Jangan sampai dia minum dari darahmu!”
Namun ia tak beranjak
Dan mengulurkan tangannya kepadaku
Aku jawab ia dengan pedangku
Pedang yang berkarat karena kusta dan nanah
Ia tak menghindar
Namun patah pedangku mengenai lehernya.
Dan dengan sekali sabet,
Ia merubuhkan aku dengan pedangnya.
Lukaku menganga
Darah yang mengalir berwarna ungu kehitaman
Seiring dengan itu ia menuangkan
Secawan anggur ke lukaku.
Jiwa yang terbelah, sebagian hitam sebagian putih,
Dan warna putihnyapun makin cemerlang
Menghalau hitam yang telah menetes dari lukaku.
Jiwaku berpisah raga,
terbang menyatu awan
Ke rahim ibukulah kini aku kembali,
Aku telah luka namun jiwaku hidup kekal
Maka panggillah aku Luka.
“Kau bukan Luka, anakku.” Kata sebuah suara
Suara ibuku kah itu?
“Kini namamu telah tercantum
Di dalam buku kehidupan,
Sehingga namamu adalah Pengantin.”
Jadi, panggil aku Pengantin
Mulai saat ini namaku Pengantin.
Seorang malaikat berdada emas bertangan besi
Memberiku pelapis dada emas dan sarung tangan besi
Serta pedang yang panas bagai api
Tapi juga sejuk bagai air.
“Ikutlah aku dan pasukanku,
untuk membuat para pengikut sang binatang
berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh
menjadi pengantin seperti dirimu.”
Kamis, 31 Oktober 2013
aku bukan sesuatu
Aku mencabik senar gitar bukan karena riang
Namun karena ada sepi yang mesti ditutupi
Aku bernyanyi lantang bukan karena baru gajian
Namun karena ada tanya yang tak terjawab.
Jika karena kebenaran aku melukai orang,
Dan karena sayang aku menindas,
Ke manakah sepatuku sayang mesti melangkah?
Perlukah kusisir rambutku
Agar otak di bawahnya turut rapi?
Jika karena hidup aku mati
dan karena membela aku menyakiti,
Di manakah pantatku sayang harus kududukkan?
Aku menabuh gendang bukan karena riang
Namun karena ada jiwa yang menggelinjang
Aku menari berpeluh-keringat bukan karena good trip
Tapi karena ada cuka mengalir dalam darah.
Aku mencabik dan aku menabuh,
Menempa duka agar jadi suka
Aku berpeluh aku menari
Mengibas ragu yang menancap
Menyilakan kepastian meresap.
Namun karena ada sepi yang mesti ditutupi
Aku bernyanyi lantang bukan karena baru gajian
Namun karena ada tanya yang tak terjawab.
Jika karena kebenaran aku melukai orang,
Dan karena sayang aku menindas,
Ke manakah sepatuku sayang mesti melangkah?
Perlukah kusisir rambutku
Agar otak di bawahnya turut rapi?
Jika karena hidup aku mati
dan karena membela aku menyakiti,
Di manakah pantatku sayang harus kududukkan?
Aku menabuh gendang bukan karena riang
Namun karena ada jiwa yang menggelinjang
Aku menari berpeluh-keringat bukan karena good trip
Tapi karena ada cuka mengalir dalam darah.
Aku mencabik dan aku menabuh,
Menempa duka agar jadi suka
Aku berpeluh aku menari
Mengibas ragu yang menancap
Menyilakan kepastian meresap.
aku pendosa
Kalau ada orang bertanya siapa aku
Akan kujawab “Aku pendosa”
Kalau mereka bertanya mengapa
Akan kujawab “Karena aku lemah”
Karena manusia telah jauh melangkah
Dari terangnya hari ke dalam pelukan gelap malam
Dari kesadaran bagai bintang
Menuju lubang hitam menghisap pekat
Kalau ada orang bertanya siapa aku
Akan kujawab “Aku pendosa”
Aku adalah seorang pendosa
Yang berhutang dan tak membayar
Yang berkhianat dan menikam
Yang memangsa dan mencekal
Yang menyesal dan berkabung
Pun begitu aku tahu
Jika malam pekat memanggilku lagi
Aku akan kembali ke pelukannya
Karena lari dari jerat yang telah mendaging amat sulit
Kalau ada malaikat menudingku,
Ia akan berkata “Kamu pendosa”
Sambil berlutut aku menyahut
“Ya, akulah itu”
Lalu ia mencambukku, menyesahku
Tak ada orang membelaku
Karena aku menyembunyikan diriku
Ketika semua usai
Aku terbaring,
Sesayup kudengar nyanyian ibuku
Lagunya menusuk kalbu,
Membasuh jiwaku.
Menjadi titian menuju terang
Ibu, anakmu pendosa
Peluklah ia erat
Bukan karena terluka
Namun agar ia tak lari kembali ke malam
Kalau ada orang bertanya siapa aku,
Akan kujawab, “Aku anak ibuku”
“Ibuku adalah Terang,
dan Terang akan menjauhkanku dari malam
Akan kujawab “Aku pendosa”
Kalau mereka bertanya mengapa
Akan kujawab “Karena aku lemah”
Karena manusia telah jauh melangkah
Dari terangnya hari ke dalam pelukan gelap malam
Dari kesadaran bagai bintang
Menuju lubang hitam menghisap pekat
Kalau ada orang bertanya siapa aku
Akan kujawab “Aku pendosa”
Aku adalah seorang pendosa
Yang berhutang dan tak membayar
Yang berkhianat dan menikam
Yang memangsa dan mencekal
Yang menyesal dan berkabung
Pun begitu aku tahu
Jika malam pekat memanggilku lagi
Aku akan kembali ke pelukannya
Karena lari dari jerat yang telah mendaging amat sulit
Kalau ada malaikat menudingku,
Ia akan berkata “Kamu pendosa”
Sambil berlutut aku menyahut
“Ya, akulah itu”
Lalu ia mencambukku, menyesahku
Tak ada orang membelaku
Karena aku menyembunyikan diriku
Ketika semua usai
Aku terbaring,
Sesayup kudengar nyanyian ibuku
Lagunya menusuk kalbu,
Membasuh jiwaku.
Menjadi titian menuju terang
Ibu, anakmu pendosa
Peluklah ia erat
Bukan karena terluka
Namun agar ia tak lari kembali ke malam
Kalau ada orang bertanya siapa aku,
Akan kujawab, “Aku anak ibuku”
“Ibuku adalah Terang,
dan Terang akan menjauhkanku dari malam
Sabtu, 26 Oktober 2013
Puisi Telah Pergi
Sebuah puisi yang diketik di saat admin
sedang duduk sendirian. Yah, ini mungkin
cuma sebuah puisi yang nggak ada nilainya,
tapi ini gambaran hati, curhat penuh harap.
Ah,langsung baca ajalah . . . . .
Aku juga bisa merasa lelah
Aku sudah sangat ingin untuk menyerah
Kerapuhanku
Kegelisahan ku Dan semua harapanku
Hanyalah bayangan semu
Kenapa setiap yang di inginkan selalu
terabaikan
Kenapa setiap yang di harapkan selalu
terlupakan
Aku ingin berteriak Batin ini menjerit
Menuntut keadilan Yang seperti tak pernah
di dapatkan
Kebisuan yang di salah artikan Keheningan
yang sungguh menakutkan Tuhan,
Ku mohon padamu Tolong hentikan derita
ku . . .
sedang duduk sendirian. Yah, ini mungkin
cuma sebuah puisi yang nggak ada nilainya,
tapi ini gambaran hati, curhat penuh harap.
Ah,langsung baca ajalah . . . . .
Aku juga bisa merasa lelah
Aku sudah sangat ingin untuk menyerah
Kerapuhanku
Kegelisahan ku Dan semua harapanku
Hanyalah bayangan semu
Kenapa setiap yang di inginkan selalu
terabaikan
Kenapa setiap yang di harapkan selalu
terlupakan
Aku ingin berteriak Batin ini menjerit
Menuntut keadilan Yang seperti tak pernah
di dapatkan
Kebisuan yang di salah artikan Keheningan
yang sungguh menakutkan Tuhan,
Ku mohon padamu Tolong hentikan derita
ku . . .
Setengah Hati
Tertegun ku memandangmu
Saat kau tinggalkanku menangis
Bodohnya ku mengharapmu
Jelas sudah tak kau pedulikan cintaku
mestinya telah kusadari
betapa perih cinta tanpa balasmu
harusnya tak ku paksakan
bila akhirnya kan melukaiku
mungkin ku tak akan bisa
jadikan dirimu
kekasih yang seutuhnya mencinta
namun kurelakan diri
jika hanya setengah hati
kau sejukkan jiwa ini
Ku hanya terus berharap
Satu hari kau mampu sadari
Tiada yang pernah mengerti
Sepertiku setulus hati mencintamu
Saat kau tinggalkanku menangis
Bodohnya ku mengharapmu
Jelas sudah tak kau pedulikan cintaku
mestinya telah kusadari
betapa perih cinta tanpa balasmu
harusnya tak ku paksakan
bila akhirnya kan melukaiku
mungkin ku tak akan bisa
jadikan dirimu
kekasih yang seutuhnya mencinta
namun kurelakan diri
jika hanya setengah hati
kau sejukkan jiwa ini
Ku hanya terus berharap
Satu hari kau mampu sadari
Tiada yang pernah mengerti
Sepertiku setulus hati mencintamu
Dibalik Mimpi
dibalik mimpi, ada sesuatu yang tak mungkin orang tau. selain orang yang memimpikannya
dibalik mimpi, ada celoteh merekaa yang hanya bisa bicara, mereka tak beri jawaban.
dibalik mimpi, ada seseorang yang selalu berdoa. bukan untuk mendoakan apa yang dimimpikannya, melainkan berdoa agara mimpi itu tak hilang
dibalik mimpi, tersirat harapan. harapan yang kelak akan diwujudkan
dibalik mimpi, ada tangan yang menengadah padaNya. memohon untuk selalu diberi nafas untuk melanjutkannya.
dibalik mimpi, ada seseorang yang memperjuangkannya, meski yang diperjuangkannya tak memimpikannya
dibalik mimpi, ada sesuatu yang membuat sang pemimpi terus menerus untuk bermimpi
dan dibalik mimpi, ada mimpi yang tercipta tanta bermimpi
dibalik mimpi, ada celoteh merekaa yang hanya bisa bicara, mereka tak beri jawaban.
dibalik mimpi, ada seseorang yang selalu berdoa. bukan untuk mendoakan apa yang dimimpikannya, melainkan berdoa agara mimpi itu tak hilang
dibalik mimpi, tersirat harapan. harapan yang kelak akan diwujudkan
dibalik mimpi, ada tangan yang menengadah padaNya. memohon untuk selalu diberi nafas untuk melanjutkannya.
dibalik mimpi, ada seseorang yang memperjuangkannya, meski yang diperjuangkannya tak memimpikannya
dibalik mimpi, ada sesuatu yang membuat sang pemimpi terus menerus untuk bermimpi
dan dibalik mimpi, ada mimpi yang tercipta tanta bermimpi
lagu rindu (memorie) by.JE
kelip bintang disana
dinginnya malam ini
hujan rintik membawa ku teringat wajahmu
termenung ku sendiri
teringatkan dirimu
kuingin malam ini memeluk tubuhmu
reff
namun ku tak bisa
kau jauh disana
hanya lewat mimpi kubisa memelukmu
andaikan kau tau
rindu dihatiku
mungkinkah dirimu kan jadi pendampingku
satu harap kau jaga
kuingin mencurahkan
satu harap kau setia
kepada diriku
dinginnya malam ini
hujan rintik membawa ku teringat wajahmu
termenung ku sendiri
teringatkan dirimu
kuingin malam ini memeluk tubuhmu
reff
namun ku tak bisa
kau jauh disana
hanya lewat mimpi kubisa memelukmu
andaikan kau tau
rindu dihatiku
mungkinkah dirimu kan jadi pendampingku
satu harap kau jaga
kuingin mencurahkan
satu harap kau setia
kepada diriku
lagu perpisahan (spontan 12.09) By.JE
setelah perpisahan
kumasih tak mengerti
mengapa inginku mencari bayangmu
inginnya ku ulangi
inginnya ku kembali
semua cerita indah kita dulu
*
mungkinkah masih akan ada
cerita antara kita, dan kaupun mengerti maknanya
ataukah tiada kubisa
menepis bayang-bayangmu ketika kau pergi jauh
reff
bertabur sepi - sepi ketika kaupun pergi
tinggalkan aku sendiri mengingatmu dalam malam malam sunyi
hiaskan mimpi - mimpi mungkinkah kau kan kembali
dan kau tiadakan semua tentang perihnya, perpisahan kita.
andai engkau sadari
andai engkau pahami
semua derita yang kualami
tak dapatku berkata
tak dapatku memanggil namamu, karna kini kau tlah jauh
**
mungkinkah masih, akan ada
cinta antara kita, antara kau dan aku
kumasih tak mengerti
mengapa inginku mencari bayangmu
inginnya ku ulangi
inginnya ku kembali
semua cerita indah kita dulu
*
mungkinkah masih akan ada
cerita antara kita, dan kaupun mengerti maknanya
ataukah tiada kubisa
menepis bayang-bayangmu ketika kau pergi jauh
reff
bertabur sepi - sepi ketika kaupun pergi
tinggalkan aku sendiri mengingatmu dalam malam malam sunyi
hiaskan mimpi - mimpi mungkinkah kau kan kembali
dan kau tiadakan semua tentang perihnya, perpisahan kita.
andai engkau sadari
andai engkau pahami
semua derita yang kualami
tak dapatku berkata
tak dapatku memanggil namamu, karna kini kau tlah jauh
**
mungkinkah masih, akan ada
cinta antara kita, antara kau dan aku
Notes 1 11.44
"Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya
aku mencintai... Dan, apa yang kucintai kini... akan kucintai sampai
akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai... dan tak
ada yang akan mencabut diriku dari padanya" (Kahlil Gibran)
Notes 1 12.43
Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan
karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada
di tangan cinta... terus hidup... sampai kematian datang dan menyeret
mereka kepada Tuhan..." (Kahlil Gibran)
Rasa Sakit
Dan seorang wanita berkata, Bicaralah tentang rasa sakit.
Dan ia berkata:
Rasa sakitmu adalah pecahnya cangkang yang membungkus pemahamanmu.
Bahkan ketika buah batu harus pecah, hatinya harus berdiri dibawah sinar matahari, saat itulah kau akan tahu
tentang rasa sakit.
Dan kau dapat membiarkan hatimu dalam pengembaraan keajaiban kehidupanmu, rasa sakitmu tidak akan lebih aneh dari pada kebahagiaanmu.
Dan aku dapat menerima musim-musim dalam hatimu, bahkan ketika kau diterima musim musim yang melewati
ladang ladangmu.
Dan kau akan melihat kepedihan melalui musim dingin kesengsaraanmu.
Dan kebanyakan rasa sakit kau pilih sendiri.
Itu adalah racun paling pahit untuk mengurangi rasa sakitmu.
Percayalah pada tabib, dan minumlah obatnya dalam kesunyian dan kelelahan.
Karena tangannya, walau kasar dan berat, ditunjukkan oleh tangan lembut yang tak tampak.
Dan cangkir yang ia bawa, walau membakar bibirmu, telah dihias oleh air mata keramat-Nya
Dan ia berkata:
Rasa sakitmu adalah pecahnya cangkang yang membungkus pemahamanmu.
Bahkan ketika buah batu harus pecah, hatinya harus berdiri dibawah sinar matahari, saat itulah kau akan tahu
tentang rasa sakit.
Dan kau dapat membiarkan hatimu dalam pengembaraan keajaiban kehidupanmu, rasa sakitmu tidak akan lebih aneh dari pada kebahagiaanmu.
Dan aku dapat menerima musim-musim dalam hatimu, bahkan ketika kau diterima musim musim yang melewati
ladang ladangmu.
Dan kau akan melihat kepedihan melalui musim dingin kesengsaraanmu.
Dan kebanyakan rasa sakit kau pilih sendiri.
Itu adalah racun paling pahit untuk mengurangi rasa sakitmu.
Percayalah pada tabib, dan minumlah obatnya dalam kesunyian dan kelelahan.
Karena tangannya, walau kasar dan berat, ditunjukkan oleh tangan lembut yang tak tampak.
Dan cangkir yang ia bawa, walau membakar bibirmu, telah dihias oleh air mata keramat-Nya
Noes 1 11.35
I
am forever walking upon these shores, betwixt the sand and the poam, The Hig
tide will erase my foot prints, and the wind will blow away the poam.
But
the sea and the shore will remain Forever.
Once
I filled my hand with mist. Then I opened it lo, the mist was a worm.
And
I closed and opened my hand again, and behold there was a bird. And again I
closed and opened my hand again, and behold there was a bird.
And
again I close and opened my hand opened
my hand, and it hollow stood a man with sad face, turned upward.
And
again I close
Notes 1 11.31
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut,
“Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.”,
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis.
Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan
dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu – kekuatan yang lari bersama angin,
mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada tenaga magis yang menahanku.
Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
“Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak
dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,
”Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus.
Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
“Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan.
Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna.”
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali:
Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku,
aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan.
Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga
“Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.”,
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis.
Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan
dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu – kekuatan yang lari bersama angin,
mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada tenaga magis yang menahanku.
Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
“Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak
dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,
”Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus.
Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :
“Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan.
Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna.”
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali:
Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku,
aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan.
Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga
Notes1 11.30
Keindahan
adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya.
Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan
adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan kalian adalah
keabadian itu, kalianlah cermin itu.
Jumat, 25 Oktober 2013
Mimpi Tanpa Bermimpi
Tiada cinta yang merasuk darahku..
rebahan detak jantungku yang slalu mengingatnya ketika kedua mataku menatap sejuta bintang.
air mataku menetes membasahi pipi sampai lesutan kerah bajuku..
teriakanku tertara menyebut namanya..
semangkuk cinta yang kusimpan dengan sebuah tutup kasih sayang..
limbasan kehancuran hati yang kunikmati setiap malam..
hahaha tertawaan itu hanya menutupi wajahku ketika bertemu denganya.
dan saat ini diriku diselimuti kebohongan bahagia untuknya.
rebahan detak jantungku yang slalu mengingatnya ketika kedua mataku menatap sejuta bintang.
air mataku menetes membasahi pipi sampai lesutan kerah bajuku..
teriakanku tertara menyebut namanya..
semangkuk cinta yang kusimpan dengan sebuah tutup kasih sayang..
limbasan kehancuran hati yang kunikmati setiap malam..
hahaha tertawaan itu hanya menutupi wajahku ketika bertemu denganya.
dan saat ini diriku diselimuti kebohongan bahagia untuknya.
Mimpi Tanpa Bermimpi
Tiada cinta yang merasuk darahku..
rebahan detak jantungku yang slalu mengingatnya ketika kedua mataku menatap sejuta bintang.
air mataku menetes membasahi pipi sampai lesutan kerah bajuku..
teriakanku tertara menyebut namanya..
semangkuk cinta yang kusimpan dengan sebuah tutup kasih sayang..
limbasan kehancuran hati yang kunikmati setiap malam..
hahaha tertawaan itu hanya menutupi wajahku ketika bertemu denganya.
dan saat ini diriku diselimuti kebohongan bahagia untuknya.
rebahan detak jantungku yang slalu mengingatnya ketika kedua mataku menatap sejuta bintang.
air mataku menetes membasahi pipi sampai lesutan kerah bajuku..
teriakanku tertara menyebut namanya..
semangkuk cinta yang kusimpan dengan sebuah tutup kasih sayang..
limbasan kehancuran hati yang kunikmati setiap malam..
hahaha tertawaan itu hanya menutupi wajahku ketika bertemu denganya.
dan saat ini diriku diselimuti kebohongan bahagia untuknya.
biarkan saja
berikan satu alasan untuk ku tetap bernafas..
terlalu berat bagiku untuk menghelanya
berikan satu jalan untuk ku tetap berdiri
terlalu lelah bagiku untuk berpijak
saat sadar ku terasa hina
menoleh mimpi,ternyata kian indah lagi
kini biarkan aku bermimpi
jangan bangunkan aku lagi…
hanya dalam mimpi aku terasa hidup
dalam tersadarku aku terasa mati
kenapa bintang pergi lagi
bersinar bersama mentari
tinggalkan ku tersudut tiada arti
berharap tiada pagi yang bangunkan aku lagi
knpa masih ada hela nafas dalam mimpi
saat bintang itupun kian pergi……….
akankah kembali
dan biarkan saja ku terus terbuai
terlalu berat bagiku untuk menghelanya
berikan satu jalan untuk ku tetap berdiri
terlalu lelah bagiku untuk berpijak
saat sadar ku terasa hina
menoleh mimpi,ternyata kian indah lagi
kini biarkan aku bermimpi
jangan bangunkan aku lagi…
hanya dalam mimpi aku terasa hidup
dalam tersadarku aku terasa mati
kenapa bintang pergi lagi
bersinar bersama mentari
tinggalkan ku tersudut tiada arti
berharap tiada pagi yang bangunkan aku lagi
knpa masih ada hela nafas dalam mimpi
saat bintang itupun kian pergi……….
akankah kembali
dan biarkan saja ku terus terbuai
Tentang Khayalan
Pergi.. pergi..
Jauhkan aku dari khayalan ini
Khayalan yang membuatku semakin tak terkendali
Hentikan ..
Aku tak ingin membalut jiwaku dengan mimpi yang tak berarti
Mimpi yang indah
Namun tak mampu terwujud
Hanya sekejap lalu datanglah pagi
Ia pun berlalu juga
Saatnya surya menatapku
Membalas kecewaku terhadap mimpi dengan senyuman
Senyuman yang membuat ragaku semangat
Membuatku menyadari
Mimpi tak berarti
Sekarang saatnya ku raih mimpi yang sebenarnya
Jauhkan aku dari khayalan ini
Khayalan yang membuatku semakin tak terkendali
Hentikan ..
Aku tak ingin membalut jiwaku dengan mimpi yang tak berarti
Mimpi yang indah
Namun tak mampu terwujud
Hanya sekejap lalu datanglah pagi
Ia pun berlalu juga
Saatnya surya menatapku
Membalas kecewaku terhadap mimpi dengan senyuman
Senyuman yang membuat ragaku semangat
Membuatku menyadari
Mimpi tak berarti
Sekarang saatnya ku raih mimpi yang sebenarnya
Sepatah Doa
Tuhan, ketika aku terjatuh aku merasa ragu untuk dapat bangkit kembali
Ketika aku mecoba untuk bangkit aku merasa ragu untuk dapat bertahan sendiri
Ketika aku mencoba untuk bertahan aku ragu untuk melangkah maju
Ketika aku mencoba untuk melangkah aku takut terjatuh kembali
Tuhan, aku sadar akan resiko yang akan aku terima ketika aku bangkit hingga aku mampu melangkah lagi
Aku pun sadar bahwa aku akan sulit untuk bangkit yang kedua kalinya
Aku sadar aku tak sekuat apa yang aku bayangkan selama ini
Aku tahu aku mudah rapuh tanpaMu, Tuhan
Tuhan, kini Kau biarkan aku menjebak diriku sendiri dalam perasaan itu kembali
Perasaan yang aku sendiri tak mengerti bagaimana akhirnya
Perasaan yang aku sendiri tak mengerti kapan ia datang
Perasaan yang aku sendiri tak mengerti penyebab kedatangannya
Tuhan, Kau Maha Pembolak-balik hati setiap insan
Yang ku rasa mustahil Kau jadikan ia nyata
Yang ku rasa tak mungkin, Kau jadikan ia mungkin
Yang ku rasa tak jelas, Kau jadikan ia jelas
Tuhan, aku percaya dengan kuasaMu dan aku percaya dengan takdirMu
Kau membuatnya menjadi sebuah pertemuan namun dengan kehendakMu pula Kau menjadikannya sebuah perpisahan
Aku masih takut untuk dapat memulai rasa yang baru ini, Tuhan
Aku masih ragu dengan rasa yang baru ini
Aku takut dengan resiko negatif yang mungkin akan aku rasakan, seperti yang lalu
Tuhan, aku mohon jaga aku dan rasa ini agar tidak ada yang sia-sia dan tak ada yang harus disesali esok
the Scientist
Come up to meet you, tell you I'm sorry
You don't know how lovely you are
I had to find you
Tell you I need you
Tell you I set you apart
Tell me your secrets
And nurse me your questions
Oh let's go back to the start
Running in circles
Coming up tails
Heads on a silence apart
Nobody said it was easy
It's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be this hard
Oh take me back to the start
I was just guessing
At numbers and figures
Pulling your puzzles apart
Questions of science
Science and progress
Do not speak as loud as my heart
Tell me you love me
Come back and haunt me
Oh and I rush to the start
Running in circles
Chasing our tails
Coming back as we are
Nobody said it was easy
Oh it's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
You don't know how lovely you are
I had to find you
Tell you I need you
Tell you I set you apart
Tell me your secrets
And nurse me your questions
Oh let's go back to the start
Running in circles
Coming up tails
Heads on a silence apart
Nobody said it was easy
It's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be this hard
Oh take me back to the start
I was just guessing
At numbers and figures
Pulling your puzzles apart
Questions of science
Science and progress
Do not speak as loud as my heart
Tell me you love me
Come back and haunt me
Oh and I rush to the start
Running in circles
Chasing our tails
Coming back as we are
Nobody said it was easy
Oh it's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard
Kamis, 24 Oktober 2013
semoga saja
Bergerak, menghadapi hari ini
Tak banyak berubah...., sperti hari-hari sebelumnya
Sampai ketika rehat tiba,
Jejaring dumay berkata 'ada yg salah denganmu'.....
mengukuti kata hati...
diripun berangkat, mencari, dan berbicara panajng lebar denganmu...
hanya diam, diam dan diam....
tak banyak memberi solusi karena
yang tau kondisi kita adalah diri kita sendiri
bahwa ketika kenyamanan telah lenyap.... semuanya sulit untuk dijalankan
kekecewaan itu, rasa tidak di akui itu, dan rasa diremehkan itu
terus membayang-bayangi....
sangat manusiawi..... kau manusia, aku manusia, mereka juga manusia.....
Tapi....................
Seharusnya ada banyak alasan yang sanggup buatmu bertahan...
ada 4 nyawa yang masih sangat membutuhkanmu
ada keluarga yang selalu menanti kepulanganmu
sahabat....... Tuhan selalu bekerja dengan caranya sendiri
sekarang mungkin saja waktu tengah tidak berpihak kepadamu
selalu ada harapan di setiap situasi
hanya di butuhkan kesabaran untuk menjalaninya
memang tidak gampang... sulit malah.... karena aku pernah ada di situasimu....
bukan hanya berbilang bulan, tetapi menahun.....
hanya doa yang selalu mengiringi setiap langkah kakimu
semoga engkau selalu di beri kesabaran.....
Apakah hari ini adalah hari terakhir kita bertemu????
Apakah engkau akan menutup semua akses walau hanya sekedar untuk mengetahui keadaanmu????
Apakah kekecewaan itu telah berubah menjadi luka, berdarah, bernanah, dan menjelma menjadi borok yang sulit untuk terobati?????
Semoga tidak ada perpisahan....
Semoga keluarga kecilmu bisa membuatmu sedkit melupakan kekecewaan itu
Semoga kesabaran selalu menyertaimu
Dan semoga doa2 dari mereka yang engkau sayangi selalu di dengar olehNya.....
Semoga perpisahan itu tidak terjadi.......................
Tak banyak berubah...., sperti hari-hari sebelumnya
Sampai ketika rehat tiba,
Jejaring dumay berkata 'ada yg salah denganmu'.....
mengukuti kata hati...
diripun berangkat, mencari, dan berbicara panajng lebar denganmu...
hanya diam, diam dan diam....
tak banyak memberi solusi karena
yang tau kondisi kita adalah diri kita sendiri
bahwa ketika kenyamanan telah lenyap.... semuanya sulit untuk dijalankan
kekecewaan itu, rasa tidak di akui itu, dan rasa diremehkan itu
terus membayang-bayangi....
sangat manusiawi..... kau manusia, aku manusia, mereka juga manusia.....
Tapi....................
Seharusnya ada banyak alasan yang sanggup buatmu bertahan...
ada 4 nyawa yang masih sangat membutuhkanmu
ada keluarga yang selalu menanti kepulanganmu
sahabat....... Tuhan selalu bekerja dengan caranya sendiri
sekarang mungkin saja waktu tengah tidak berpihak kepadamu
selalu ada harapan di setiap situasi
hanya di butuhkan kesabaran untuk menjalaninya
memang tidak gampang... sulit malah.... karena aku pernah ada di situasimu....
bukan hanya berbilang bulan, tetapi menahun.....
hanya doa yang selalu mengiringi setiap langkah kakimu
semoga engkau selalu di beri kesabaran.....
Apakah hari ini adalah hari terakhir kita bertemu????
Apakah engkau akan menutup semua akses walau hanya sekedar untuk mengetahui keadaanmu????
Apakah kekecewaan itu telah berubah menjadi luka, berdarah, bernanah, dan menjelma menjadi borok yang sulit untuk terobati?????
Semoga tidak ada perpisahan....
Semoga keluarga kecilmu bisa membuatmu sedkit melupakan kekecewaan itu
Semoga kesabaran selalu menyertaimu
Dan semoga doa2 dari mereka yang engkau sayangi selalu di dengar olehNya.....
Semoga perpisahan itu tidak terjadi.......................
Tentang Kita
Apa kamu ingat pertama kali perbincangan kita?
Aku masih ingat. Kurang lebihnya. Bagaimana bisa lupa sesuatu yang tidak
mau aku lupa? Tapi, sudahlah, lupakan saja. Seingatku kamu yang pertama
kali menyapa ketika itu, meskipun sebenarnya aku menginginkan menyapamu
lebih dulu dari yang kamu tahu. Oya, pada saat pertama kali kita
berbincang itu, kamu pasti tidak tahu, kalau aku sebenarnya sudah
mengenalmu lebih dulu, lama sebelum itu.
Lalu sejak itu seperti candu. Membuat kita berdua ketagihan. Eh, atau
aku saja yang merasakannya? Ketagihan. Baiklah, anggap hanya aku yang
merasakan. Iya, aku kecanduan untuk terus bertemu dan bercanda denganmu.
Bagiku, apa pun yang keluar dari mulutmu (tolong digarisbawahi kata apa
pun), membuat sepanjang hariku setelah itu penuh senyum. Tapi apa kamu
pernah menyadari itu? Canduku?Dan setiap sapa sederhanamu, seperti, “Sedang apa?” atau, “Sudah makan?”, menjadi semacam baterai yang bisa menyalakan cahaya yang membuat hangat auraku seharian. Membuatku merasa aku diperhatikan, dijaga. Apa kamu tahu, kalau kadang, cinta bisa datang dari hal-hal sederhana seperti itu? Apa kamu sengaja melakukannya hanya pada orang istimewa atau memang kamu seperti itu kepada setiap orang? Argh, benar-benar membuatku ingin tahu.
Masalahnya adalah, aku dan kamu, tidak perna tau masing-masing
sudah berpasangan. ah itu juga tidak penting. Masalahnya juga, cintaku ini tidak bisa dihentikan
meski berulangkali pikiran dan mulutku berkata jangan. Apa kamu juga
merasakan serupa? Itu mungkin akan menjadi pertanyaan ‘satu juta dolar’,
karena aku merasa aku tidak akan tahu jawabannya.
Terlalu sering bertemu, berbincang dan bercanda, benar-benar membuatku
lupa bahwa aku, kamu, tidak seharusnya berada di tempat ini. Tempat
bernama ‘cinta’.Apa kabar dia? Lelakimu? Apa kabar kamu? Pertanyaan kedua yang lebih penting. Yang pertama, abaikan saja. Itu hanya basa-basiku meski kamu tidak mendengar atau membacanya, karena yah, sekali lagi, aku berbicara sendiri.
Masih ingat? Katamu, lebih mudah menghapus sesuatu yang belum kita tulis. Karena tidak perlu ada yang dihapus. Benarkah? Mungkin karena itu kita berdua berangkat bersamaan, berjalan, menuju dua arah yang berbeda, menjauh.Agar tidak ada sesuatu yang harus dihapus karena belum sempat kita tulis? Tapi sekarang aku rindu, apa kamu juga begitu? lama tidak berbincang denganmu aku menjadi semacam sakaw, menginginkan tawamu, sapamu, atau sekadar pertanyaan, “Apa kabar, oon?”.
Ah, tapi kamu juga pasti tidak tahu itu.
Satu hal yang aku sadari, dan mungkin kamu, jauh di sana juga menyadari,
suatu ketika nanti, waktu kita akan menghabis. Aku dan kamu pergi.
Tidak pernah bertemu lagi, tidak pernah berbincang lagi, bahkan tidak
saling mengingat lagi. Ah, salah, abaikan yang terakhir, karena mungkin
aku akan masih mengingatmu, walaupun sesekali waktu, seperti saat ini.
Ketika waktu menghabis nanti–waktu kita tentu saja, kita berdua akan
berbahagia, bukan? Pasti? Seperti yang kamu bilang, entah itu berdua
atau sendiri-sendiri dengan pasangan masing-masing. Tapi yang penting
aku dan kamu berbahagia, nanti. Mau berjanji?Ah, sudahlah. Lupakan. Sudah waktunya hidup kita mulai berjalan.
*****
Aku belum pernah merasakan bumi sesunyi saat ini. Dan, hei, degub yang barusan kudengar tadi, jantungku atau jantungmu?
Tentangmu Bagiku
Kau membuatku luluh dengan semua yang ada pada
dirimu…
Kau membuatku tersenyum ketika aku melihat kau
tersenyum meski itu bukan untukku…
Kau membuatku terkagum ketika kau menunjukkan
kelebihanmu..
Kau membuatku akan selalu mencintaimu ketika kau bisa
menjaga dirimu sendiri dengan baik…
Kau membuatku akan tetap menjadi diriku sendiri ketika
kau mulai mengerti apa yang kumau…
Kau membuatku khawatir ketika kau harus pulang sendirian
di gelapnya malam… Dan aku menangis karena, aku tak
bisa ada disampingmu untuk menjagamu dari semua yang
ada di kegelapan malam…
Kau membuatku gugup ketika kau berada disebelahku…
Kau membuatku ingin tersenyum ketika kau berjalan
berlawanan arah lalu, menatap mataku…
Kau membuatku malu ketika aku tak bisa berucap sepatah
katapun untukmu…
Kau membuat hatiku terpukul ketika kau terdiam tanpa
sedikit berucap karena, suatu hal…
Kau membuatku tak akan pernah menyesal akan semua
yang tlah terjadi ketika, kau menunjukkan
jiwa muslimahmu yang penuh dengan teka-teki tersembunyi…
Kau membuat hatiku yang mati, menjadi hidup ketika kau
memberikanku semangat…
Kau membuatku bingung ketika kau menyembunyikan
sesuatu yang tak boleh aku tahu…
Kau membuatku terlalu mencintaimu…
Hingga aku sering melamuni semua tentangmu…
Kau membuatku semakin mengerti kenapa aku bisa jatuh
cinta kepadamu…
Kau membuatku semakin paham tentang bagaimana aku
harus bertindak…
Kau membuatku semakin menyayangimu ketika aku
mendengar komentar dari orang yang sebenarnya, aku
tahu kau tidak seperti itu…
Aku tahu, aku tak-kan selalu bisa untuk ada di
sampingmu…
Namun, aku akan berusaha tuk bisa menjagamu meski itu
hanya dari kejauhan…
Aku tahu, aku hanyalah manusia yang selalu diam dan diam…
Namun, aku akan bertindak ketika aku harus bertindak…
Aku tahu, aku terlalu lemah untukmu…
Namun, aku akan menunjukkan seberapa tangguhnya
diriku disaat waktu mulai membuat hatiku terpaksa
menunjukkan ketangguhanku…
Jutaan kata tentangmu tersusun rapi di hatiku…
Kan kurawat kata-kata itu agar tidak ternodai dengan apapun…
Terkadang kata-kata yang tlah kurangkai untuk diriku sendiri…
Tidak bisa kupertanggung jawabkan dengan baik…
Hingga aku harus memperbaiki kata-kata itu…
Namun, disaat kau memberiku semangat untuk bisa
memperbaikinya…. Kata-kata itu menjadi sesuatu yang lebih berharga…
Dan aku merasa semakin sanggup tuk mempertanggung jawabkannya…
Kau adalah satu-satunya bunga yang bisa menghiasi
hidupku dengan indahnya warnamu…
Kau kan selalu membuatku terkagum hingga akhir
hidupku…
"tulisan adalah jagad kecil tempat kehidupan dibagi, dan Jefri Efendy menulis ini untukmu. Elsya Yahya."
Rabu, 23 Oktober 2013
Teruntukmu
Aku terus merasakannya, aku juga heran mengapa kau selalu ada. Melihat jam dinding, kau menjelma detik. Melihat ke jendela, kau menjelma cahaya. Mendengarkan musik, kau menjelma suara. Merenung di tengah sepi, kau menjelma denyut nadi. Tapi, aku suka, aku suka dengan ini semua. Kaulah yang selalu membuatku ingin tetap hidup terus dan terus. Ingin tetap terus menulis dan menulis. Sampai - sampai aku selalu merasa menjadi huruf-huruf untuk tulisanku sendiri. Kau tak pernah jauh dariku, jantungku sendiri mengenalmu sebagai debarnya. Ah sudahlah, sebenarnya aku sedang merindukanmu. Aku memikirkanmu, ketika menulis ini.
Teruntukmu, Elsya Yahya
Sosok yang selalu ada, di setiap aku menarik nafas.
*Diketik dengan keyboard yang tombol “space”nya susah untuk ditekan dan juga pinjaman
Jakarta, 21 OKtober
Jefri Efendy
Jumat, 18 Oktober 2013
Malam Ini
Dan malam ini,
sedikit ragu mencuat diatas kisah yang telah ku susun alur ceritanya.
hampir saja air mata itu jatuh,
hampir saja semua kesedihan luruh.
sebab sesak begitu mengerti,
tak di rasa bahagia dalam hati.
aku tidak ingin memberatkanmu, dengan segala pilihanku.
sungguh, andai ku bisa; ingin ku bunuh rindu agar kau tak lelah menemuiku.
dan sungguh, andai kau bisa; padamkan saja cinta, agar kau tak jengah menjemputku.
mungkin jarak terlalu panjang terbentang,
sedang kita- tak begitu mengerti perasaan itu apa.
haruskah ku hancurkan (lagi) perjalanan ini,
kemudian kita mengenal dari awal
kau menjadi kau, sebelum aku menjadi kau dan kau menjadi aku,
kemudian kita bertemu sapa, berteman seperti biasa
tanpa perlu ada cinta,
tanpa perlu ada anak anak rindu buahnya.
tapi, Tuhan telah sisipkan namamu di hatiku
dan ukirkan namaku di hatimu.
lantas, kemana kah kan kita bawa segala penat ini?
aku tak inginkan perpisahan sebagaimana kehilangan.
aku tak inginkan lagi menuangkan namamu dalam barisan barisan puisiku yang paling sedih
pada deretan-deretan kalimatku yang paling perih.
Aku Hujan
Aku adalah hujan yang patah dipotong kemarau
dari kerinduan yang begitu tajam menikam
jemari kata-kata. Sehingga apa yang harus aku
katakan kepada angin dan lautan yang
menjadikanku ada, menjadi seolah tak ada dan
lenyap begitu saja. Aku kini menjadi seperti
hujan tanpa air yang turun serupa badai padang
pasir. Tak membasahi, tak juga mengeringkan.
Aku adalah hujan yang jatuh di hatimu dengan
lambat dan sendiri. Tak ada yang lain selain aku
mendapingiku. Aku sengajakan kedatanganku
tanpa sesiapa, sehingga engkau sadar bahwa
hanya aku yang datang kepadamu, tak ada yang
lain, serupa hujan.
Karena itu, Â janganlah kau panggil pawang
untuk mengusirku. Sebab aku sungguh sangat
ingin berada di sini, di sampingmu, memeluk
kemarau di hati dan jiwamu. Seperti hujan,
seperti air yang kau butuhkan untuk kesuburan
ladang cinta dan kerinduanmu. Maka aku tak
akan menjadi seperti lagi. Aku bahkan memang
adalah hujan. Dan engkaulah lautan dan angin.
Yang menjadikanku ada, turun, deras, dan
mengalir di jantungmu.
dari kerinduan yang begitu tajam menikam
jemari kata-kata. Sehingga apa yang harus aku
katakan kepada angin dan lautan yang
menjadikanku ada, menjadi seolah tak ada dan
lenyap begitu saja. Aku kini menjadi seperti
hujan tanpa air yang turun serupa badai padang
pasir. Tak membasahi, tak juga mengeringkan.
Aku adalah hujan yang jatuh di hatimu dengan
lambat dan sendiri. Tak ada yang lain selain aku
mendapingiku. Aku sengajakan kedatanganku
tanpa sesiapa, sehingga engkau sadar bahwa
hanya aku yang datang kepadamu, tak ada yang
lain, serupa hujan.
Karena itu, Â janganlah kau panggil pawang
untuk mengusirku. Sebab aku sungguh sangat
ingin berada di sini, di sampingmu, memeluk
kemarau di hati dan jiwamu. Seperti hujan,
seperti air yang kau butuhkan untuk kesuburan
ladang cinta dan kerinduanmu. Maka aku tak
akan menjadi seperti lagi. Aku bahkan memang
adalah hujan. Dan engkaulah lautan dan angin.
Yang menjadikanku ada, turun, deras, dan
mengalir di jantungmu.
Langganan:
Postingan (Atom)