sedikit ragu mencuat diatas kisah yang telah ku susun alur ceritanya.
hampir saja air mata itu jatuh,
hampir saja semua kesedihan luruh.
sebab sesak begitu mengerti,
tak di rasa bahagia dalam hati.
aku tidak ingin memberatkanmu, dengan segala pilihanku.
sungguh, andai ku bisa; ingin ku bunuh rindu agar kau tak lelah menemuiku.
dan sungguh, andai kau bisa; padamkan saja cinta, agar kau tak jengah menjemputku.
mungkin jarak terlalu panjang terbentang,
sedang kita- tak begitu mengerti perasaan itu apa.
haruskah ku hancurkan (lagi) perjalanan ini,
kemudian kita mengenal dari awal
kau menjadi kau, sebelum aku menjadi kau dan kau menjadi aku,
kemudian kita bertemu sapa, berteman seperti biasa
tanpa perlu ada cinta,
tanpa perlu ada anak anak rindu buahnya.
tapi, Tuhan telah sisipkan namamu di hatiku
dan ukirkan namaku di hatimu.
lantas, kemana kah kan kita bawa segala penat ini?
aku tak inginkan perpisahan sebagaimana kehilangan.
aku tak inginkan lagi menuangkan namamu dalam barisan barisan puisiku yang paling sedih
pada deretan-deretan kalimatku yang paling perih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar