Ketika aku tak tau lagi harus
mengadu kepada siapa, bercerita kepada siapa, dan didengarkan oleh siapa.
Hadirmu seakan menjadi peluruh segala daya lelahku. Lembut bayangmu mengusap
segala keluh kesahku. Dan dalam keadaan rapuh ini, pilihan untuk melihat
masa lalu yg menyakitkan kadang menjadi terasa lebih menenangkan.
Maafkan aku sayang, yg selalu
bertindak bodoh ini. Yang membuatmu selalu menahan diri untuk mementingkan
dirimu sendiri. Yang selalu mengalah untuk membiarkan diriku berada di puncak
tertinggi.
Tapi dibalik semua itu, kamu mampu menyembunyikan semua, seakan selalu menjadikan aku sebagai pilihan yg pertama.
Tapi dibalik semua itu, kamu mampu menyembunyikan semua, seakan selalu menjadikan aku sebagai pilihan yg pertama.
Aku tidaklah selembut orang-orang diluar
sana, Aku tidaklah sehebat pacar teman-temanmu yg mereka banggakan. Aku juga
tak mampu bertutur kata layaknya mereka yg mencinta dengan sebuah pena. Dan
maafkan aku yg selalu merasa bahwa aku selalu tidak pantas untuk bersanding
dengamu; didepan teman-temanmu.
Mungkin dengan sifat pesimisku itu,
aku menempatkan kita dalam banyaknya pertengkaran-pertengakaran yang itu-itu
saja. Maafkan aku yg selalu merasa kurang sempurna untuk bersanding dengan
segala kesempurnaanmu dalam kelopak mata hatiku.
Ada suatu saat ketika kau dengan
sabarnya memapah aku dari keterpurukan, menyemangatiku dan mengajarkanku lagi
untuk mau melangkah bersama. Kau peluk hangatnya rinduku, kau basuh dengan
lembut segala logikaku tentang dirimu.
Kamu. Adalah Anugerah Tuhan yg
teramat berharga untuk diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar