Aku terus merasakannya,
aku juga heran mengapa kau selalu ada.
Melihat jam dinding, kau menjelma detik.
Melihat ke jendela, kau menjelma cahaya.
Mendengarkan musik, kau menjelma
suara.
Merenung di tengah sepi, kau menjelma denyut nadi.
Tapi, aku suka, aku
suka dengan ini semua.
Kaulah yang selalu membuatku ingin tetap hidup terus dan
terus. Ingin tetap terus menulis dan menulis. Sampai - sampai aku selalu merasa
menjadi huruf-huruf untuk tulisanku sendiri.
Kau tak pernah jauh dariku, jantungku
sendiri mengenalmu sebagai debarnya.
Ah sudahlah, sebenarnya aku sedang
merindukanmu. Aku memikirkanmu, ketika menulis ini.
Teruntukmu,.
Sosok yang selalu ada,
di setiap aku menarik nafas.
*Diketik dengan
keyboard yang tombol “enter”nya susah untuk ditekan
Jakarta, 13 Juli
2014
Jefri Efendy