dan dengan lirih aku berkata
dan aku disini terdiam, tanpa mampu mempertahankan kau untuk
tetap tinggal dan jangan tanggal.
biar, semua dalam sepi. ku relakan segalanya berjalan tanpa
pernah mampu ku hentikan. pun kepergianmu.
kecuali kamu, dengan sederhananya senyumanmu mampu
meluluhkan segala keteguhanku.
kecuali kamu. dengan kedipan mata mampu menjatuhkanku
ingin ku berlari, sampai tak ada satupun orang yang mampu
menjangkauku.
telah kuterima ketetapan Tuhan, berpisah darimu dalam sebuah
ketidakpastian.
telah kukuatkan hatiku menjalani sisa sebagian harapanku
tanpa dirimu.
aku dihadapkan kembali kepada waktu yang sama, di tempat
yang sama, dengan kenyataan yang berbeda.
aku tak lagi ingat, kapan senyummu yang menenangkan kini
berubah menjadi menggetirkan.
aku tak lagi ingat, bagaimana tegap langkah kakimu berjalan
perlahan-lahan, meninggalkanku dari semua harapan.
namun kini, aku hilang.
aku masih ingat, tegap bahumu, lembut suaramu dan sederet
senyumanmu yang menenangkanku. dulu.
aku masih hapal betul bentuk lenganmu, caramu berjalan dan
meyakinkanku bahwa kebahagiaan ada bersama kita dan di masa depan.
pantulan sinar mentari yang cerah, senyumanku yang melebur
bersamanya. kini kaku, biru.
dan sekarang aku kembali datang, untuk membawa segala kesedihan
itu pulang.
hari ini, di tempat yang sama. aku kembali mengingat, dulu.
aku pernah jatuh cinta.
sesekali bayangkanlah perasaanku. dan nikmatilah setiap
kesedihan, yang mengalir disana.
remang lampu ditepian jalan, sayap kunang-kunang yang patah,
dan segala kesepian ini. menghadirkanmu.
detik jarum jam memutar waktu, detak jantungku memutar
rindu.
langit-langit kamar, memantulkan kesepian. langit-langit
hati, memantulkan kerinduan.
dibalik senyum, kau tak pernah bisa membaca. ada sedikit
kepahitan dan kesedihan didalamnya.
dan aku tengah menanti waktu diantara dua hal; kedatanganmu
atau kepergianmu.
cinta, kelak bukanlah lagi alasan untuk saling lagi
menguatkan.
tak mudah bagiku untuk bertahan dalam keadaan yang tak
memungkinkan.
nanti, kelak ketika kau ingin pulang. ingatlah, aku bukan
lagi tempat untuk kau kembali datang.
nanti, ketika kebahagiaanmu sudah dapat kau raih sendiri.
ingatlah aku sesekali, sebagai kesedihan. yang pernah kau telantarkan.
ku lepas kau sebebasnya. namun ingat, kelak waktu kan menjadikanku
bukan lagi tempat untuk kau pulang.
malam ketiga. sebuah doa masih dengan satu nama. mungkin
malam keempat, bukan namamu lagi yang ku eja.
kau meminta waktuku untuk menunggumu. mungkin segala rasa
akan habis, saat kesabaran mulai menipis.
barangkali nanti, akan ada masa dimana aku memilih untuk
berhenti. bukan tak mau mempertahankan, namun kebaikan ada setelah perpisahan.
barangkali takdir Tuhan tengah berbicara.
perjalanan belum usai, namun tak ada lagi yang dapat aku
ceritakan saat air mata tak lagi berderai.
aku menghela pada sepi. apakah mencintai harus sesakit ini?
saat senyummu tak lagi menjadi pemadam segala pedihku. dan
tatap matamu tak lagi menguatkan aku.
aku merasa kehilangan sesuatu yang masih ku genggam.
doa-doa yang kini kugenggam, entah untuk siapa akan aku
rapalkan.
aku terdiam mematung. lenganmu tergantung. tak lagi
memapahku.
sehebat apakah Cinta, hingga luka terus tergores tanpa
pernah kutemukan penawarnya.
aku terdiam, penuh tanya dalam bungkam.
segalanya akan menyusut bersama waktu. jarum jam bergerak
begitu lambat, tak pernah mengerti perasaanku.
hari ini, akan menjadi kemarin di hari esok. dan esok, akan
menjadi hari kemarin di lusa.
pada akhirnya, semua akan menjadi kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar